PEKANBARU (perepat.com)-Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Drs Misfaruddin MSi menyatakan, Februari 2021, Provinsi Riau mengalami deflasi sebesar -0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,28. Inflasi Tahun Kalender (Januari – Februari 2021) sebesar 0,11 persen dan Inflasi Year on Year (Februari 2020 – Februari 2021) sebesar 1,76 persen.
“Dari 3 kota IHK di Provinsi Riau, semua kota mengalami deflasi yaitu Kota Pekanbaru sebesar -0,33 persen, Kota Dumai sebesar -0,38 persen dan Kota Tembilahan sebesar -0,10 persen,” jelas Misfaruddin, Senin (1/3) pada rilis berita resmi statistik.
Dijabarkan Misfaruddin, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya lima indeks kelompok pengeluaran, yaitu : kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -1,07 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar -0,54 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar -0,18 persen, kelompok pakaian dan alas kaki dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan masing-masing sebesar -0,01 persen.
“Di sisi lain empat kelompok mengalami inflasi yaitu, kelompok kesehatan sebesar 0,23 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,15 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dan kelompok transportasi masing-masing sebesar 0,11 persen. Sedangkan dua kelompok lainnya yaitu kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dan kelompok pendidikan relatif stabil dibanding bulan sebelumnya,” paparnya.
Sementara itu, Koordinator Statistik Distirubsi BPS Riau, Agus Nuwibowo menambahkan Komoditas yang memberikan andil penurunan harga pada Februari 2021, antara lain cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, ayam hidup, emas perhiasan, cabai rawit, bayam, bawang merah, minyak goreng, tarif angkutan laut, air kemasan, ikan tongkol, petai, ikan serai, kerang, dan lain-lain.
“Sementara komoditas yang memberikan andil kenaikan harga, antara lain udang basah, daging sapi, mobil, sewa rumah, tahu mentah, seng, besi beton, obat dengan resep, mie kering instant, tomat, dan lain-lain,” terang Agus.
Dari 24 kota di Sumatera yang menghitung IHK, dua puluh kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli sebesar -1,55 persen, diikuti oleh Kota Meulaboh sebesar -0,95 persen dan Kota Lhokseumawe sebesar -0,70 persen.
Di Indonesia, dari 90 kota yang menghitung IHK, tiga puluh empat kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli sebesar -1,55 persen. Sementara inflasi terjadi di lima puluh enam kota dengan inflasi tertinggi di Kota Mamuju sebesar 1,12 persen.(sars/pc)
Sumber : rilis BPS Riau dan rri.co.id