Ustadz Hendry Munief (tengah) didampingi Buya Tuan Guru H Syafruddin Saleh (kanan) dan Ustadz Edi Azhar.(foto.ist/perepat.com)
PEKANBARU (perepat.com)–Ada berbagai problema yang menghinggapi pikiran ummat, setidaknya pada fenomena perpolitikan di Indonesia belakangan ini. Banyak masyarakat yang pragmatis, dan apatis terhadap persoalan politik.
Hal itu diungkapkan oleh H Hendry Munief SEAk MBA saat ngopi di Gedung Pusat Muballigh (GPM) atau Muballig Centre, Jalan Todak-Udang Putih, Kota Pekanbaru.
Pada kegiatan yang ditaja oleh Idaroh Kemakmuran Masjid Kota Pekanbaru, pagi Jum’at 12 Sya’ban 1442 H (26 Maret) politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu membeberkan berbagai pernyataan dan issu yang menjadi intrik menjauhkan ummat Islam dari politik.
Da’i atau muballighlah, tukasnya menegaskan, berada di garda terdepan pada upaya menumbuhkan kesadaran berpolitik ummat. Ucapnya, pernyataan bahwa politik itu kotor, sangat menyesatkan ummat. Dihunjamkan ke pola pikir ummat, harus menghindarkan diri menjauh dari aktivitas politik supaya tidak mengotori dan mencemari ajaran Islam yang bersih.
“Jangan heran pula jika pengurus masjid yang melarang ustadz ketika berdakwah, jangan menyinggung apalagi membahas politik. Padahal Rosul Allaah shola Allaahu ‘alahi wa sallam, membahas hal-hal strategis persoalan ummat justru di masjid dengan para sahabatnya,” tukas Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS itu tegas.
Hal lain, skulerisasi dikhotomistis yang memisahkan antara agama dengan politik sungguh sangat berbahaya dan sungguh merugikan politik Islaam. Juga issu radikal, dan mencap oknum muslim teroris, telah menyudutkan peran pribadi untuk berpolitik.
Dicontohkannya bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda di Acueh. Sengaja menugaskan Christian Snouck Horgronye untuk melemahkan perlawanan rakyat Aceh. Mereka melemahkan makna jihad dengan menjauhkan ummat dari politik.
Sinergisitas Dakwah dan Ukhuwwah
Menyitir al-Qur’an suroh 3 ayat 103 dan 110 (Q.S. 3, Aali ‘Imroon), politisi yang juga da’i itu memertegas perbedaan penekanan (stresing) antara kata yad’uu dengan kata ya’mur, yaitu: yang satunya mengajak, dan yang satunya lagi memerintahkan.
“Tugas muballighlah untuk mengajak ummat, dan tugas para Angggota Dewan (legislator), dan para penguasa di tiap stratalah yang bertugas memerintahkan,” ucap cucu Tuan Guru H Muhammad Yatim D itu menjabarkan.
“Memerintahkan hanya dapat dilakukan dengan kekuatan kekuasaan. Maka, upaya kita bagaimana memperbanyak Politisi Islamiy di DPR, dan para Bupati/Wabup, Walikota/ Wawako, Gubernur/ Wagub, dan para pejebatnya,” tukuknya serius.
Disebutkannya pula, Undang-undang (UU) yang menguntungkan ummat Islam akan lolos, jika kita memiliki kekuatan legislasi dengan banyaknya persentase kita yang duduk di DPR RI. Misalnya, UU Perlindungan Ulama’.
Solusinya, lanjut Koordinator Wilayah (Korwil) PKS Sumatera Bagian Utara (Sumbagut: Aceh, Sumut, Riau, Kepri, Sumbat) itu, ialah mengupaya kekuatan dengan membangun sinergisitas dakwah menjalin kebersamaan (ukhuwwah).
Diingatkannya pula, supaya tidak mengotak-otakkan partai dengan nyata, supaya tidak melemahkan strategi perjuangan. Dia beralasan, ada yang jelas-jelas partai islam tapi nasionalis, dan ada partai nasional dengan orang-orang yang islamiy.
“Islam yang rohmatan li al-‘alamiin, harus dapat pula diwujudkan melalui politik,” pungkas ayah dari lima orang anak itu.
Ngopi – akronim singkatan Ngobrol tentang Politik Islam itu, dipandu oleh Ustadz H Edi Azhar Nasri SAg MPdI selaku Ketua IKMI Korwil Kota Pekanbaru. Paparan Hendry Munief mendapat perhatatian serius hadirin, dan tanggapan positif sehingga waktu tak cukup.
Ketua Dewan Pengawas IKMI Korwil Kota Pekanbaru, Buya Tuan Guru H Drs Syafruddin Saleh MS turut mendampingi Ustadz Edi Azhar. Mengakhiri ngobrol muballig senior itu menggugah ingatan peserta bagaimana strategi dakwah dan perjuangan Nabiy Muhammad Rosul Allaah shola Allaahu ‘alahi wa sallam.
“Membangun kekuatan ummat diawali dengan ajaran (pendidikan) yang memerkuat dan memerteguh ‘aqidah ummat. Kemudian dilanjutkan dengan membangun kekuatan ekonomi. Lantas, diteruskan dengan kekuatan politik atau kekuasaan. Kejayaan ummat dicapai dan diperoleh dengan tiga kekuatan itu,” tukas Buya Syafruddin Saleh.
Dua bulan terakhir, rutin kegiatan pagi dhuha menjelang pembahasan judul Khutbah Jum’at. Sebelumnya program Ngobis (Ngobrol Bisnis). Ngopi kegiatan pertama, yang ujar Ustadz Edi akan dilanjutkan dengan mengundang para politisi dari partai yang lain.
Kegiatan diteruskan dengan pembahasan judul Khutbah Jumat oleh muballigh senior juga, Ustadz Drs H Muhammad Nasir AS SH MH tentang “Keberuntungan Orang Beriman”.(par)