
Tim Boscha mengamati hilal di Lembang, beberapa waktu lalu.(foto.ist.dok.kompas.com/perepat.com)
JAKARTA (perepat.com)–Kementerian Agama (Kemenag) RI, baru akan melaksanakan sidang isbat (penentuan dan penetapan) awal Romadhon 1422 H, In sya’a Allaah Senin 29 Sya’ban (12 April 2021). Sebagaimana telah diinformasikan, sidang isbat dilaksanakan di Auditorium Haji Muhammad Rasjidi, Gedung Kemenag, Jalan Muhammad Husni Thamrin 6, Jakarta Pusat dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Sidang yang bakal dipimpin langsung oleh Menag RI, Yaqut Cholis Quomas itu menyertakan berbagai pihak terkait. Tentu saja dari Majelis Ulama’ Indonesia (MUI), Nahdhatul Ulama’ (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) dan Al-Washliyah akan serta pula. Bahkan Kemenag RI mengundang pula 29 Duta Besar (Dubes) negara sahabat.
Namun, mendahului Sidang Isbat resmi Pemerintah RI itu, Tim Observatorium Bosscha memulai pengamatan hilal (ru’yat al-hilal), yaitu fenomena penampakan bulan sabit awal setelah ijtima’ atau konjungsi pada arah dekat matahari terbenam, Sabtu sore ini 27 Sya’ban (10 April). Informasi disampaikan Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty, melelui siaran pers (press release).
Pengamatan dilakukan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menggunakan dua teleskop (106 mm dan 66 mm) jenis refraktor. Kedua-duanya dilengkapi detektor kamera berbasis CCD, tulis siaran pers itu. CCD (Charge Coupled Device) – peranti muatan-berpasangan, yaitu satu sensor untuk merekam gambar, berupa sirkuit terintegrasi berisi larikan kondensator yang berhubungan atau berpasangan. Citra yang direkam kamera kemudian diproses dengan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan tampilan sabit bulan.
“Pengamatan hilal dilakukan pada sore hari. Pendeteksian sabit bulan, setelah matahari terbenam. Sabit yang tampak setelah matahari terbenam itulah yang disebut hilal. Tujuannya untuk meneliti ambang visibilitas atau kenampakan bulan sebagai fungsi dari elongasi dan ketebalan sabit bulan. Dari hasil pengamatan dapat ditentukan ru’yat al-hilal awal Romadhon 1442,” tulis Yatny menjelaskan.
“Masyarakat yang berminat, dapat menyaksikan pengamatan hilal secara daring melalui live streaming pada kanal YouTube resmi Observatorium Bosscha,” tukuknya lagi.
Rujukan Penetapan Awal Romadhon
Saban tahun, Observatorium Bosscha menjadi satu diantara rujukan untuk menetapkan awal Romadhon (memulai pusa) dan menetapkan awal Syawal (‘Id al-Fithriy) oleh Kementerian Agama RI. Observatorium Bosscha menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian tentang hilal kepada pemerintah sebagai masukan pada Sidang Isbat.
“Kegiatan pemantauan kali ini, pengamatan internal terbatas. Hanya dihadiri staf Observatorium Bosscha. Hal itu agar tidak melibatkan banyak orang di satu tempat pada suasana pandemi Covid-19 yang belum reda,” ungkap Yatny.
Sebagai institusi pendidikan dan penelitian astronomi, Observatorium Bosscha lazim melaksanakan pengamatan bulan sabit muda hampir rutin tiap bulan. Masyarakat dapat mengakses data dan hasil pengamatan hilal itu di situs web (website) Observatorium Bosscha.(rud/din)