BULAN mulia bernama bulan Ramadhan telah tiba dan kita sudah masuk di pekan pertama dalam menjalankan ibadah puasa. Tentu saja bulan ini membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Alasannya, karena saat bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya.
Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan. Satu diantara banyak keutamaan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alqur’an.
Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Alquran). Diturunkannya Alquran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”(QS.Al-Baqarah: 185).
Di ayat lain Allah SWT berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS.Al-Qadr:1-3).
Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Alquran diturunkan pada bulan Ramadhan. Itulah sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Alquran).
Sebagaimana dikutip dari NU Online, ketika Nabi Muhammad SAW menjelaskan kemuliaan Ramadhan, maka beliau bersabda:
رَمَضَانُ شَهْرُ اللهِ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ
Ramadhana syahrullaahi wa fadhluhu ‘ala saa-irin syuhuuri kafadhlilaahi ‘ala khalqihi.
Artinya: “Ramadhan adalah bulan Allah. Keutamaannya dibanding bulan-bulan lain adalah bagaikan keutamaan Allah dibanding dengan makhluk-Nya”. (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, Daru-l Kutubi-l Ilmiyyah, h.186).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ لَهُ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى مَذْقَةِ لَبَنٍ أَوْ تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ، وَمَنْ أَشْبَعَ صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِي شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ (رواه البيهقي وابن خزيمة وغيرهما)
Maknanya: “Wahai umat manusia, telah ada di hadapan kalian bulan agung yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan berpuasa di dalamnya sebagai kewajiban dan menghidupkan malam-malamnya sebagai kesunnahan. Bulan yang merupakan bulan kesabaran, dan pahala kesabaran adalah surga. Bulan santunan, yang jika orang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa di bulan itu maka itu menjadi ampunan Allah terhadap dosa-dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka dan dia mendapat pahala yang menyerupai pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa berkurang pahalanya sedikit pun.”
Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki sesuatu untuk diberikan sebagai makanan berbuka bagi orang yang berpuasa?
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa meskipun berupa satu buah kurma, seteguk air atau sedikit susu yang dicampur dengan air. Dan barang siapa memberikan minuman kepada orang yang berpuasa, maka Allah memberikannya minum dari telagaku satu tegukan yang setelahnya dia tidak akan merasakan haus hingga dia masuk surga. Bulan Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka”.(HR al-Baihaqi, Ibnu Khuzaimah dan lainnya).
Juga disebutkan dalam hadits riwayat al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman bahwa Allah ta’ala memerdekakan dalam setiap hari dari bulan Ramadhan saat berbuka puasa satu juta orang dari neraka, dan di hari terakhir bulan Ramadhan Allah memerdekakan sebanyak yang Ia merdekakan dari awal hingga akhir bulan Ramadhan.
Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dimerdekakan dari api neraka di bulan penuh berkah ini. Allah ta’ala telah memuliakan kita dengan menjadikan di antara dua belas bulan dalam setahun terdapat bulan yang paling mulia, bulan yang berlimpah kebaikan.
Alangkah merugi orang yang diberi kesempatan mendapati bulan Ramadhan, akan tetapi melewatkannya begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai kebaikan.
Betapa merugi orang yang mendapati Ramadhan, akan tetapi dia tidak mendapatkan pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka.
Membahas Ramadhan juga tidak bisa lepas dari membahas salah satu rukun Islam, yaitu puasa, yang diwajibkan pada seluruh orang beriman yang telah memenuhi syarat wajibnya.
Puasa merupakan ibadah yang sangat mulia sebab pahala yang diperoleh langsung diberikan oleh Allah tanpa perlu ditanyakan jumlah lipat-gandanya. Allah berfirman dalam hadits qudsi:
“Setiap kebaikan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya kepada orang-orang yang telah menahan syahwat, makan, dan minum karena-Ku. Puasa adalah perisai. Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-nya pada hari kiamat”.(Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, h.185).
Dalam lain waktu, Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan puasa Ramadhan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan iman dan ihtisab, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Khashaisu Ummati-l Muhammadiyyah, Hai’atu-sh Shofwati-l Malikiyyah, h.192).
Berkaca pada hadits tersebut, agar kita bisa memperoleh keutamaan-keutamaan yang telah dijelaskan, maka setidaknya ada dua syarat yang harus dilakukan:
- 1. Puasa dalam keadaan iman. Iman yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah.
- 2. Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan puasa karena takut menjadi bahan penggunjingan orang lain.
Oleh karena itu, seyogianya kita dalam menjalani puasa Ramadhan mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong, ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat, menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama.
Jika kita tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus”.(Imam al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam).
Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang penuh pelajaran. Ramadhan adalah bulan terjadinya perang Badar dan Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah).
Ramadhan adalah bulan keimanan yang mengubah tolok ukur kemuliaan pada saat itu, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya bahwa kemuliaan menurut Allah di akhirat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang beriman.
Pada akhirnya betapa banyak hati dan jiwa manusia menerima secara penuh agama yang haq ini. Aqidah Islam-lah yang menyatukan antara Abu Bakr dari suku Quraisy, Bilal dari Habasyah, dan Shuhaib yang berasal dari Romawi.
Aqidah Islam telah mengubah para sahabat menjadi pribadi-pribadi yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dunia tidak menjadi tujuan terbesar dan puncak motivasi mereka.
Mereka pun memimpin perjalanan dakwah dengan sebaik-baiknya sehingga Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Aqidah Islam telah mengubah mereka menjadi pribadi-pribadi yang memiliki jiwa yang baik dan tekad-tekad yang kuat yang tidak pernah melemah.
Demikian pula di bulan yang agung dan penuh berkah ini, hendaknya masing masing dari kita tertuju pandangannya kepada sosok-sosok yang luar biasa itu dan meneladani perjuangan mereka. Marilah kita raih keutamaan-keutamaan bulan ini. Kita memohon kepada Allah ta’ala agar Ramadhan berakhir dan dosa-dosa kita telah diampuni oleh-Nya.
Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa ketika bulan Ramadan tiba dibukalah pintu-pintu rahmat dan pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu para pembesar setan.
Setiap waktu berbuka, Allah memerdekakan banyak orang dari api neraka dan ini terjadi di setiap malamnya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita semuanya termasuk orang-orang yang dimerdekakan dari api neraka di bulan yang mulia ini.
Mudah-mudahan kita senantiasa diberi kekuatan untuk melakukan puasa dan berbagai ibadah yang lain di bulan yang mulia ini. Amin ya Rabbal Alamin.***