Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman.
JAKARTA (perepat.com)–Resmi sudah Dwiyana MSi, Kepala Seksi (Kasi) Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa (PPS) dimutasikan sejak Rabu 19 Dzulqo’dah 1442 (30 Juni 2021).
Gubernur Riau melalui Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi Riau mengangkatnya menjadi Kasi Seksi Perubahan Iklim.
Tak dinyana, pemutasian itu menuai kritisi sebagai ‘pencopotan’ atau sengaja di’depak’. Konon gegara Dwiyana acap nian membebarkan ke publik yang menjadi pemberitaan media massa, prihal pencemaran limbah oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di kawasan tambang dan area produksi minyak di Blok Rokan, Provinsi Riau.
Data dan fakta pencemaran Limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM) di Blok Rokan itu, apa adanya dan sering tanpa tedeng aling selalu diungkapkan Dwiyana di berbagai kesempatan dan tempat. PT Chevron disebut justru selalu menutup-nutupi pencemaran dengan sikap tidak transparan.
Tak hanya kritisi dari Dr Elviriadi SPi MSi, Pensyarah (dosen) di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau yang juga seorang muballigh (NIM 1414) anggota Idaroh Kemakmuran Masjid Indonesia (IKMI) Kota Pekanbaru, yang mengaku pula pengamat dan pakar lingkungan hidup yang menyayangkan pemutasian.
Cermat dan berhati-hati serta bernuansa menasihati, Ketua Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu (DPH LAM) Riau, Bidang Agama dan Nilai-Nilai Adat (AgNiA), Datuk Tuan Guru Haji (TGH) Drs Syafruddin Saleh Sai Gergaji MS menanggapi pemutasian itu pula.
Menanggapi pemutasian Dwiyana, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman berpendapat bahwa selama ini Dwiyana satu-satunya pejabat di Riau yang berani mengungkapkan fakta-fakta terkait pengelolaan limbah B3 di Blok Rokan. Sama halnya dengan yang dinyatakan Dr Elviriadi. Tunggal, dirinya yang berani vokal.
“Harusnya Kadis LHK Riau dan juga Gubernur Riau, jika berbicara untuk kepentingan masyarakat Riau, sudah selayaknya Dwiyana dipertahankan sampai proses transisi Blok Rokan dan pemulihan lingkungan mendapatkan kepastian bagi masyarakat Riau,” kata Yusri, melansir aktual.com, Jumat 21 Dzulqo’dah 1422 (2 Juli 2021).
“Maka tak heran sekarang menjadi tanda tanya besar, apa gerangan sebab musababnya mendadak Pak Dwiyana diganti,” imbuh Yusri bersungguh-sungguh.
Satu diantara persoalan utama pada masa transisi Blok Rokan dari PT Chevron kepada Pertamina, terkait masalah limbah yang membelit. Persoalan itu sungguh sangat krusial dari sisi masa transisi Blok Rokan itu.
Yusri mengungkapkan, bahwa masalah TTM), pada fakta dan kenyatanyaanya justru tidak atau belum dapat dipertanggungjawabkan sesuai janji Presiden Direktur PT Chevron di hadapan Komisi VII Dewan Perwakilan Rajyat (DPR) RI.
“Oleh karena itu, biar publik menilai apakah alasan pergeseran jabatan oleh Kadis LHK Riau itu wajar atau tidak. Nanti, akan terbuka juga ada agenda apa dibalik ini,” tutur Yusri memprediksi.
Mutasi itu menjadi memancing runsing yang meruncing dan menjadi tanda tanya yang akhirnya menuai kritisi kalangan yang peduli, karena belum tiga pekan sebelumnya, Dwiyana banyak membebarkan karut-marut pencemaran yang terjadi di Blok Rokan.
Mewakili Kepala DLHK Riau pada diskusi panel virtual (zoom) web seminar (webinar) yang cukup prestise yang ditaja Forum Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Sabtu 1 Dzul Qo’dah 1442 (12 Juni 2021) baru berlalu, Dwiyana tampil sukses menjadi pembicara yang dipujikan oleh Tuan Dr Alexander Sony Keraf, mantan Menteri Negara LH RI.
Diskusi webinar bertema isu terkini ‘Tuntaskan Masalah Blok Rokan, Sebelum Diserahkan ke Pertamina’, semula bakal dihadiri atau diikuti pula oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar sebagai pembicara.
Konon akan mengirim perwakilan. Namun menjadi tanda tanya publik, perwakilan malah membatalkan hadir pada detik-detik terakhir webinar akan berlangsung.
Berita klikanggaran.com menuliskan bahwa Direktur Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Usaha Hulu Minyak dan Gas (Dirops SKK Migas), Julius Wiranto yang tampil penuh pada webinar yang hampir empat jam itu bersama Dwiyana.
Disampaikannya pada webinar itu, bahwa berdasarkan hasil verifikasi lapangan, terbukti terjadi sengketa lingkungan hidup akibat TTM oleh PT Chevron.
Dia juga mengungkapkan, saat ini ada 282 lokasi lahan milik masyarakat yang belum dilakukan pemulihan fungsi lahan.
“PT CPI bertanggungjawab mutlak melakukan pemulihan fungsi lahan di Blok Rokan agar tidak menggunakan cost recovery yang berimplikasi berkurangnya Dana Bagi Hasil (DBH) Migas provinsi/kabupaten/kota di Riau,” tukasnya tegas.
Jauh hari sebelumnya, Sekretaris Ditjen Migas Kementerian ESDM Iwan Prasetya, sebelumnya mengatakan, bahwa PT Chevron telah melakukan pencemaran yang masuk dalam data TTM). Chevron dan menjadi satu di antaera perusahaan migas dengan pencemaran limbah terbesar.
“Chevron itu 15.000 pemboran sumur di Riau. Tidak hanya pasir minyak tapi ceceran minyak ke tanah atau Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi,” tuturnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin 15 Jumadil Awwal 1440 (21/1/2019), sebagaimana dilansir detikFinance.
Memang telah dua tahun lebih. Tapi itulah, yang belum kunjung selesai. Persoalannya bakal merundung malang. Di wilayah Riau, limbah CPI diperkirakan 27.275,6 ton minyak tercecer dan mengontaminasi tanah.
Ada juga sebanyak 3.515 ton limbah sisa operasi. CPI telah menyusun roadmap (peta panduan). Ada125 lokasi TTM yang perlu dipulihkan. Dalam proses 55, dan 48 lokasi sisanya belum dapat diselesaikan. Nah, itu dia yang terungkap.
Dua hari sebelum dimutasi, Dwiyana Terakhir, menjadi pembicara utama (keynote speaker) pada webinar yang ditaja Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau (BEM UNRI), Senin 17 Dzul Qo’dah 1442 (28 Juni 2021) yang baru sekejap berlalu. Sejumlah media menjadikan fakta yang diungkapkan yang disingkapnya tanpa tedeng aling menjadi bahan berita utama.
“Ini budak tetap membagak. Cedak nian perasaannye,..” ucap sumber perepat.com menyelami hati dan menjengkal tekak orang yang merasa terancam dengan sikap terbuka mengungkap fakta dan data oleh Dwiyana.
“Elok yang disampaikan Dwiyana, tapi terasa menohok oleh mereka yang punya kepiting kepentingan,” cuap sumber itu pula.(syaf/wan/saf)