Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), H Mahyeldi Ansharullah SP.
PADANG (perepat.com)-Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), H Mahyeldi Ansharullah SP gelar Datuak Marajo berharap agar lulusan Pondok Pesantren (ponpes) di Sumbar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Paling diharapkan ke Timur Tengah.
“Pemprov Sumbar sekarang tengah menyiapkan tim untuk menjalin hubungan dengan negera-negara di Timur Tengah. Ini adalah salah satu jalan bagi lulusan pesantren untuk bisa menimba ilmu di sana (Timur Tengah, red),” ujar Mahyeldi.
Mahyeldi mengatakan, anggota tim yang dibentuk Pemprov Sumbar diantaranya adalah keturunan Minang yang telah merantau di Timur Tengah. Mereka yang nanti akan dibekali Surat Keputusan (SK) sebagai perwakilan resmi Pemprov Sumbar di Timur Tengah.
“Surat itu akan memudahkan mereka membantu Pemprov Sumbar untuk menjalin komunikasi, menjajaki semua kemungkinan kerjasama, baik dengan Duta Besar Indonesia di negara tersebut atau langsung dengan pemerintah setempat,” ucap mantan Walikota Padang itu.
Pemprov Sumbar, lanjut Mahyeldi, juga tengah menjajaki kemungkinan menjalin hubungan “sister city” atau kota kembar dengan beberapa kota di Timur Tengah. Lewat program itu, akan dimungkinkan pula pertukaran pelajar antara dua daerah.
Ia menyebutkan, masyarakat Sumbar yang merantau bisa ditemui di banyak negara di dunia, termasuk di Timur Tengah. Mereka terhimpun dalam sebuah jaringan Minang Diaspora dan bersedia memberikan bantuan bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu di Timur Tengah.
“Banyak cara jika ada kemauan. Namun agar cita-cita untuk kuliah di luar negeri itu bisa tercapai, maka segalanya harus dipersiapkan sejak dini, terutama untuk kemampuan Bahasa Arab,” terang politisi PKS tersebut.
Senada dengan harapan Gubernur Sumbar, Kepala Kemenag Pasaman Barat Muhammad Nur menegaskan, lulusan pesantren harus memiliki keunggulan tertentu dibandingkan lulusan sekolah lain. Keunggulan itu bisa dalam hal tahfidz Quran maupun penghafal hadist atau ahli dalam kitab-kitab lainnya.
“Tidak semua lulusan pesantren akan menjadi ulama. Marena itu perlu pula “live skill”, ilmu terapan yang bisa menjadi pendukung untuk mendapatkan pekerjaan di bidang lain,” sebut Nur.(pc/adi)
- Sumber: suarasumbar.id