
BERJAGA:Dua syurtah imro’ah (Polwan) tegak berjaga mengawasi di sekitar pelataran ka’bah di dalam Masjid Al-Harom.
MAKKAH ALMUKARROMAH (perepat.com)-Beberapa kebijakan pro perempuan diterapkan oleh Pangeran Mohammed bin Salman bin ‘Abdul ‘Aziz al-Saud (Pangeran MBS). Jika sebelumnya dipantangkan dan sangat dibatasi bagi perempuan dewasa, maka sekarang diperbolehkan.
Perempuan, misalnya telah diizinkan melakukan perjalan ke luar tanpa didampingi mahrom atau perempuan boleh menyetir mobil sendiri. Konon, yang dilakukan Putra Mahkota yang juga Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan Kerajaan Saudi Arabia itu, sebagai upaya emansipasi memajukan perempuan pada era yang disebut zaman moderen ini.
Sejak akhir Sya’ban menjelang awal Romadhon1442 (April 2021) sejumlah Polisi Wanita (Polwan) atau syurtah imro’ah ditugaskan pada pelaksanaan umroh. Musim haji 1442 Hijriyah ini, tampak sejumlah syurtah imro’ah ditugaskan pula. Mereka siaga melakukan pengawasan dan pengawalan terhadap jama’ah haji perempuan.
Diantara Polwan itu ada Samar dan Mona. Mereka bertugas mengawasi langsung kegiatan di sekitar Ka’bah. Kedua perempuan hitam manis itu mengaku, ikut mengawal pelaksanaan ‘ibadah haji dan menjadi polisi karena dorongan keluarga.
“Setelah menyelesaikan studi psikologi, saya bergabung dengan militer. Ini (bertugas pada pelaksanaan ‘ibadah haji, red) pencapaian besar untuk kami. Saya bangga dapat melayani Kerajaan, Islam, dan para jama’ah,” tutur Samar bersyukur penuh kebanggaan.
Kedua perempuan yang masih belia itu terlihat sanggam mengenakan seragam khaki. Memakai jaket sepaha, baret hitam. Sayang, kecantikannya tak dapat dilihat karena dibalut masker yang menutupi muka. Tanpa masker pun, perempuan Saudi memang wajib mengenakan cadar di wajah mereka.
“Saya melakukan ini untuk mengikuti jejak ayah kami, menjaga Masjid Al- Harom sebagai tempat tersuci. Melayani para jama’ah, menjadi tugas yang penuh pahala,” ujar Mona yang enggan mengungkapkan nama belakangnya, dengan suara bergetar haru sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters.
Penerapan kebijakan pro-perempuan oleh Pangeran MBS- putra mahkota belia kelahiran Sabtu 14 Zulhijjah 1405 (31 Agustus 1985) itu, tak sepenuhnya bebas masalah. Langkah reformasi yang dilakukan Pangeran MBS juga dikritisi aktivis hak-hak perempuan.(him/sars)