Catatan Kaki (Caka)
Penulis: Sapar Kalsum Saleh
Caka 1: Sekilas HPI dan Perayaan HPI
PENDEKLARASIAN Hari Puisi Indonesia (HPI) dilakukan di Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT) Pekanbaru pada Kamis malam Jum’at 9 Muharom 1434 (22 November 2012), [Ehm, 2211 (baca: dua dua satu satu, bukan dua satu dua) sks].
Penandatanganan oleh sejumlah penyair, dan Teks Deklarasi dibacakan oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Gagasannya muncul dari pemikiran penyair-wartawan, Rida K Liamsi.
Perayaan HPI Ke-1 disemarakkan dengan Pekan Hari Puisi Indonesia, Kamis-Senin 25-29 Juli 2013 (16-20 Romadhon 1434) di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Penyelenggaranya Yayasan Panggung Melayu, Depok, Jawa Barat (Jabar) yang diketuai penyair “Kuda Terbang”, Asrizal Nur putra Minang kelahiran Pekanbaru, Ahad 16 November 1969 (6 Romadhon 1389) yang juga ikut menandatangani Deklarasi HPI.
RANGKAIAN acara lumayan banyak. Ada Sayembara Buku Piala Indopos, Lomba Baca Puisi Piala Yayasan Sagang, Sayembara Kritis Sastra bekerjasama dengan Komunitas Sastra Indonesia.
Juga hibah Seribu Buku Sastra (Serbutra) untuk 10 taman baca masyarakat se-Indonesia. Pidato Kebudayaan Deklarator HPI, Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Pembacaan Puisi oleh 10 penyair. Malam Anugerah Hari Puisi Indonesia (Poetry Indonesian Award) 2013.
APRESIASI Pemerintah sungguh melabuhkan syukur yang menghablur, dan meronakan bangga di ceruk jiwa. Wakil Presiden (Wapres) RI, YM HM Jusuf Kalla (JK) berkenan hadir pada puncak Perayaan HPI Ke-4, 2016.
Beliau menyampaikan sambutan Malam Anugerah Hari Puisi Indonesia (Poetry Indonesian Award) 2016. Berlangsung di Graha Bhakti Budaya TIM pada Rabu malam 12 Muharom 1438 (12 Oktober2016).
“Bapak Wakil Presiden juga menyerahkan Anugerah Hari Puisi Indonesia,” tutur Ketua HPI Ke- 4 tahun 2016, Asrizal Nur “si Penyair Kuda Terbang”.
BUKU yang diluncurkan, Antologi Puisi Matahari Cinta Samudra Kata (MCS Kata) setebal 2016 halaman, yang memuat puisi karya 216 penyair. Penyelenggara penerbitan, penyair-wartawan “si Bulang Cahaya” Rida K Liamsi, inisiator sekaligus seorang diantara deklarator HPI. Penerbitnya, Yayasan Hari Puisi Indonesia dan Yayasan Sagang.
PENUH hormat JK dipersila meluncurkan buku yang lebih tebal dari kitab suci alqur’an al-Karim. Di dalam antologi itu juga termuat puisinya “Ambonku, Ambon Kita Semua” (hal. XVIII-XIX) yang dikarangnya 7 September 2004 (Selasa, 22 Rojab 1425).
“Penyair tertua yang puisinya ikut dimuat antologi ini 80 tahun. Termuda 14 tahun,” ucap Rida memberi informasi rentang usia.
PENYAIR tertua yang dimaksud Rida, H Rusli Marzuki Saria, penyair kelahiran Kamang, Bukittinggi Rabu 26 Februari 1936 (3 Zulhijjah 1354), yang telah menulis sajak sejak 1957 (hal. 1-8). Dia pengasuh rubrik sastra dan budaya, serta Remaja Mingu Ini (RMI) Harian Haluan, Jalan Damar 59 Padang, pada 1980-an.
Dari rubrik RMI, banyak terorbit bibit penyair muda. Dia biasa dipanggili dengan pebasaan Papa RMS, singkatan dari namanya.
REKOR setebal 2016 halaman saya duga buku antologi puisi MCS Kata yang paling tebal yang pernah diterbitkan di Indonesia. Seyogyanya tercatat di Museum Rekor Indonesia-Dunia (MURI).
Saking tebal, tak cukup waktu membuka lembar demi lembar menyiasati siapa yang termuda, dek tenggat (deadline) online atau laman (situs berita) perepat.com.
SUNGGUH Allaah Mahabaik. Semula saya menduga Alma Aulia (hal. 2009-2010). Buka acak di bagian tengah, tak bersua yang dimaksud. Eee, … Masya’a Allaah, saat menutup buku tebal itu, terjepit oleh buku jari dengan keempat jari lainnya, tidak tertutup penuh, pas di 2011.
Ada foto dan nama Soeryadarma Isman, serta keterangan singkat: Lahir di Beurenuen, Pidie, Aceh 17 Maret 2002. Nah, ini dia. Usianya 14 tahun 4 bulan 9 hari pada 26 Juli 2016.
Puisinya lumayan bagus, bahkan ada yang berpola gurindam. Dia putra sulung penyair Sulaiman Juned (dosen Institut Seni Indonesia [ISI], Padangpanjang – hal. 53-64) dan Iswanti (hal. AlhamduliLaah …)
Lantas kemudian, perayaan HPI terus diselenggarakan saban tahun hingga kini 2021, In sya’a Allaah seterusnya. HPI bersemayam di hati, bergema di seantero persada Indonesia ibu pertiwi.
Caka 2: Hari Yang Dualistis (Berbelah Dua)
TANGGAL 26 Juli, mengacu hari lahir penyair Chairil Anwar, kelahiran Medan, Rabu 26 Juli 1922 (1 Zulhijjah 1340), yang wafat di Jakarta, Kamis 28 April 1949 (29 Jumadil Akhir 1368).
Penyair ‘Binang Jalang’ itu putra Toeloes bin Manan, Bupati ke-3 Inderagiri (bagian hulu) asal Nagari Taeh Baruah, Payakumbuah, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) yang namanya diabadikan menjadi nama Nalan Bupati Tulus. Ibunya, Saleha.
DI TAEH Baruah itu, pada 1980-an pernah diadakan Kemah Sastra. Pesertanya diramaikan oleh penyair muda Sumatera Barat (Sumbar) dan dari serantau Riau. Juga dari beberapa daerah di Sumatera.
Nah, ini hal berbagi yang apik (pada Bahasa Melayu), tapi kurang apik (pada Bahasa Jawa. Hari Puisi di Indonesia ternyata dualistis (berbelah dua). ‘Memudahan ada yang mengalah karena menerima hujah’, soliloque batin saya Mengapa…?!
Ada pula Hari Puisi Nasional yang mengacu pada tanggal wafat Chairil Anwar, 28 April. Lorong dengung dan gaung gema Hari Puisi Nasional itu saya sungguh tak tau. Gerak semarak yang tampak oleh keterbatasan netra mata saya hanya HPI yang berseri-seri.
DULU di Riau, beberapa kali diselenggarakan “Malam Hoppla, Mengenang Chairil Anwar”, penghujung 1970-an dan awal 1980-an. Tak disebut sebagai Hari Puisi Nasional.
Lebih memilih hari lahir, itulah pada pikir saya. Chairil Anwar tak sempat sekadar memberi judul sajak yang konon ditulis menjelang kematiannya: Cemara Menderai Sampai Jauh. Tak berdaya, karena maut lebih dulu menjemput.
Maka nafas kehidupan di mulai sejak di dalam kandungan (rohim) ibu, berlanjut pada kelahiran di dunia, hingga berakhir ketika ajal menjegal, saat usia sampai pada batas pal ajal.
HARI lahir, justru diperingati Rosul Allaah Shola Allaahu ‘Alaihi wa Sallam dengan berpuasa sunnah. Sunnah itulah yang hendak dilimpahkan menjadi rohmah dan barokah pada Hari Puisi Indonesia.
Mengalir dari aliran puisi-puisi penyair beriman sebagaimana Allaah tegaskan pada suroh al-Syu’aroo’ ayat 227 (Q.S. 26: 227/ XIX).
dan para penyair, (senantiasa acap) diikuti para penghamba sesat.
tidakkah Anda saksikan bahwasanya mereka mengembara di tetiap lembah lebat,
dan bahwasanya mereka suka mengucapkan apa yang justru tak dilakukan diri?
kecuali para hamba (penyair-penyair) yang beriman (di hati)
dan beramal sholeh dan kerap berzikir menyebut Allah (Ilaahi)
dan memperoleh kemenangan sesudah menderita (akibat membuat jawaban
bagi puisi-puisi para hamba kafir penuh kezholiman).
dan para hamba yang zholim (penyair aniaya) itu dikelak (zaman)
akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali (tujuan)
- tarjamah-tafsir-puitisasi (Q.S. 26, al-Syu’aroo’: 224-227/XIX
HPI bersemayamlah di hati, bergemalah di seantero persada Indonesia ibu pertiwi. Aaamiin Yaa Mujib al-Sa-iliin.***
- istana kediaman, kamis 19 Zulhijjah 1442 (29 Juli 2021) pukul 13:29 WIB.
Sapar Kalsum Saleh