Ilustrasi.
perepat.com–Apa yang tersisa dalam diri kita setelah berakhirnya bulan suci Ramadhan? Bekas-bekas kebaikan apa yang tampak pada diri kita setelah keluar dari madrasah Ramadhan?
Apakah bekas-bekas itu hilang seiring dengan berlalunya bulan itu? Apakah amal-amal kebaikan yang biasa kita kerjakan di bulan itu pudar setelah Ramadhan berakhir?
Semoga kita bukan termasuk dalam kategori orang yang hanya beribadah selama di bulan Ramadhan saja, kemudian selepas itu meninggalkannya.
Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi rahimahullah pernah ditanya tentang orang-orang rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan saja, maka beliau menjawab:
بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد ويجتهد السنة كلها
“Mereka adalah kaum yang sangat buruk. Mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya hamba yang salih adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah sepanjang tahun penuh”. (Lathaiful Ma’aarif, Ibnu Rajab al-Hambali)
Oleh karena itu, hendaknya selepas Ramadhan, kebiasaan melakukan berbagai amalan tetap kita lanjutkan. Berakhirnya Ramadhan bukan berarti berhentinya rutinitas amalan kita.
Ada beberapa amalan atau ibadah yang hendaknya bisa tetap kita lakukan selepas Ramadhan berlalu. Diantaranya:
Tetap Menjaga Sholat Lima Waktu
Di bulan Ramadhan, kaum muslimin sangat semangat menjaga sholat wajib, berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Orang yang sebelumnya malas ke masjid atau sering bolong mengerjakan sholat lima waktu, di bulan Ramadhan begitu terlihat bersemangat mengerjakan sholat lima waktu.
Namun, dengan berlalunya Ramadhan amalan sholat ini hendaklah tidak ditinggalkan begitu saja. Kalau memang di bulan Ramadhan kita rutin menjaga sholat lima waktu, maka hendaklah amalan tersebut tetap dijaga di luar Ramadhan.
Begitu pula dengan sholat jamaah di masjid khusus untuk kaum pria. Lihatlah salah satu keutamaan orang yang menjaga sholat lima waktu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضْتُ عَلَى أُمَّتِكَ خَمْسَ صَلَوَاتٍ وَعَهِدْتُ عِنْدِى عَهْدًا أَنَّهُ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهِنَّ لِوَقْتِهِنَّ أَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ فَلاَ عَهْدَ لَهُ عِنْدِى
“Allah ‘azza wajalla berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu sholat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barang siapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya”. (HR. Ibnu Majah, hasan)
Sholat jamaah di masjid juga memiliki keutamaan yang sangat mulia dibanding salat sendirian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَة أفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Sholat berjamaah lebih utama dari sholat sendirian sebanyak 27 derajat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Melanjutkan Puasa Sunnah di Luar Ramadhan
Berakhirnya Ramadhan, bukan berarti seorang mukmin terputus dari ibadah puasa. Syariat puasa tetap diperintahkan di luar bulan Ramadhan.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Ayyub Al-Anshari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من صامَ رمضانَ ثم أتْبَعه ستاً من شوالٍ كان كصيام الدهر
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa setahun penuh”. (HR. Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
ثلاث من كل شهر ورمضان إلى رمضان فهذا صيام الدهر كله
“Puasa tiga hari dalam setiap bulan (hijriyah), serta Ramadhan ke Ramadhan, semua itu seolah- olah berpuasa setahun penuh”. (HR. Muslim)
Selain itu juga disunnahkan untuk puasa pada hari Senin dan Kamis. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كانَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يتَحَرَّى صيامَ الاثنين والخميس
“Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis”. (HR. Tirmidzi, sahih)
Seorang muslim juga hendaknya melaksanakan puasa-puasa sunnah yang lainnya seperti puasa Daud, puasa ‘Arafah, dan puasa ‘Asyura (10 Muharram).
Melanjutkan Kebiasaan Bersedekah
Barangkali sudah banyak harta yang sudah kita sedekahkan di bulan Ramadhan. Kini masa itu telah lewat. Namun demikian, bukan berarti kita berhenti dalam memberikan sedekah.
Kita tetap diperintahkan untuk memperbanyak sedekah meskipun di luar bulan Ramadhan. Perhatikan janji dari Allah Ta’ala dalam ayat berikut:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak“. (QS. Al-Hadid: 18)
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda:
والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat memadamkan api“. (HR. Tirmidzi)
Terus Semangat Menuntut Ilmu
Di bulan Ramadhan, banyak majelis ilmu yang bisa kita hadiri. Seiring berakhirnya bulan Ramadhan, bukan berarti berakhir pula kegiatan kita menuntut ilmu.
Ketahuilah saudaraku, menuntut ilmu (agama) adalah kewajiban setiap muslim. Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
طلب العلم فريضة على كل مسلم
“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim“. (HR. Ibnu Majah)
Kebutuhan kita akan ilmu sangatlah urgen, melebihi kebutuhan kita terhadap makan dan minum. Dengan berilmu, seseorang akan mendapatkan banyak kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkan baginya ilmu agama”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Berusaha Maksimal Meninggalkan Maksiat
Ramadhan mengajarkan untuk menjauhi maksiat. Maksiat memang dilarang setiap waktu, bukan hanya di bulan Ramadhan saja.
Namun kala Ramadhan, kita lebih diperintahkan dengan keras untuk menjauhinya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan justru mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan”. (HR. Bukhari)
Di bulan Ramadhan, kita termotivasi untuk taat dan kita pun lebih mudah untuk menghilangkan maksiat. Satu bulan kita dilatih untuk hal itu.
Selepas Ramadhan, semangat untuk meninggalkan perbuatan maksiat harus tetap ada. Bagaimanapun juga, maksiat akan mematikan hati dan merupakan sumber bencana di dunia dan akhirat.
Terus Beramal, Sampai Datangnya Ajal
Kebiasaan Ramadhan hendaknya membekas dan terus kita lanjutkan secara kontinyu meskipun sedikit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit”. (HR. Muslim)
Berakhirnya bulan Ramadhan bukan berarti berakhir pula aktifitas-aktifitas ibadah kita. Seharusnya kita tetap semangat dalam mengisi hari-hari kita dengan ibadah kepada Allah seperti pada hari-hari di bulan Ramadhan.
Memang Ramadhan tahun ini telah berakhir, namun amalan seorang mukmin tidak akan pernah berakhir sebelum maut datang menjemput. Allah Ta’ala berfirman:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِين
“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai datang kepadamu al-yaqin (ajal)”. (QS. Al Hijr: 99)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Dan janganlah kalian meninggal melainkan dalam keadaan beragama Islam“. (QS. Ali ‘Imran: 102)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
إذا مات العبدُ انقطعَ عملُه
“Jika seorang hamba meninggal, maka terputuslah amalnya“. (HR. Muslim)
Dalam hadist di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjadikan adanya batas waktu tertentu untuk selesai beramal, kecuali dengan datangnya kematian.
Mari kita jadikan bulan Ramadhan tahun ini menjadi bulan Ramadhan yang membekas. Bulan yang menyisakan amalan ketaatan yang kontinyu. Kita mengerjakan ketaatan sepanjang tahun.
Semoga Allah Ta’ala menerima amalan- amalan kita di bulan Ramadhan. Kita juga berdoa semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk senantiasa bersemangat dalam melaksanakan ibadah selepas Ramadhan.***
Wallahu waliyyut taufiq.
- Sumber: muslim.or.id