Ilustrasi DBD.(foto dok: pekanbaru.go.id)
PEKANBARU (perepat.com)-Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau mengimbau agar masyarakat mewaspadai penyakit Demam Berdarah (DBD). Karena kasus penambahan bahkan kematian akibat DBD terus bertambah. Diskes Riau pun memprediksi puncak kasus demam berdarah di Riau terjadi pada bulan November.
“Perkiraan tersebut diambil dari per trend DBD, rata-rata 5 tahun dari 2017 sampai tahun 2021 lalu. Dari data tersebut, jika dilihat dari November tahun 2021 lalu, terjadi 190 kasus DBD di Riau, dan angka tersebut merupakan jumlah kasus tertinggi pada tahun 2021 jika dilihat dari total rekap per bulan,” ujar Kabid Pengendalian Penyakit Diskes Riau, Ridwan.
Ia mengatakan, bahwa pihaknya memprediksi juga terjadi penambahan dan kasus DBD yang tinggi di Riau pada Bulan November. Dari grafik perkiraan, prediksinya bisa mencapai hampir 250 kasus. Sementara itu, prediksinya pada Bulan Desember mendatang, kasus DBD di Riau akan mengalami penurunan.
“Untuk rekapan datanya, kita merangkum dari Diskes kabupaten kota dan dihimpun paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya,” katanya.
Untuk diketahui, jumlah kasus DBD dari 12 kabupaten kota di Riau pada Bulan Oktober lalu berjumlah 215 kasus. Angka ini lebih tinggi dari pada Bulan Oktober di tahun 2021 dan tahun 2020 lalu.
Dimana pada Bulan Oktober 2021 jumlah kasusnya 67. Sementara pada Oktober 2020 hanya 52 kasus. Sepanjang tahun 2022 sudah terjadi 1.932 kasus DBD di Riau, dan kabar dukanya sudah 14 orang meninggal.
Sementara itu, Kadiskes Riau, Zainal Arifin meminta agar kasus DBD tidak terus bertambah, setiap rumah harus ada juru pemantau jentik (Jumantik). Dan itu adalah anggota keluarga di masing-masing rumah.
“Mulai dari kamar mandi tempat bersarang. Karena kalau tiga hari sekali kita kuras dan bersihkan, itu pasti tidak ada telur, kalau tidak ada telur tidak ada jentik, dan kalau tak ada jentik pasti tak ada nyamuk. Jadi 3 M itu yang harus di giatkan,” pesan Zainal saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (16/11/2022).(sars)