ilustrasi karhutla.
JAKARTA (perepat.com)-Potensi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semakin tinggi memasuki musim kemarau yang diperkirakan akan dimulai pada April-Mei 2023 mendatang. Untuk itu, BMKG meminta Pemerintah Faerah (Pemda) untuk meningkatkan kewaspadaan dan siap-siaga menghadapi hal tersebut.
“Pemda harus bersiap. Masyarakat pun perlu diedukasi dan diberikan sosialisasi agar juga melakukan pencegahan dan antisipasi dengan tidak melakukan pembakaran secara sembarangan,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menukil dari laman bmkg.go.id, Sabtu (4/2/2023)
Adapun potensi ancaman kebakaran terutama pada daerah-daerah yang memiliki kawasan hutan dan lahan gambut. Dwikorita mengatakan, berdasarkan prediksi BMKG, terdapat potensi terjadinya penurunan curah hujan setelah 3 tahun terakhir 2020, 2021, 2022 terjadi La Nina dan kondisi curah hujan diatas normal. Sehingga dikhawatirkan dapat terjadi peningkatan potensi Karhutla seperti yang terjadi pada 2019.
Musim kemarau tersebut, sesuai dengan prediksi yang pernah disampaikan BMKG pada Oktober 2022 lalu dimana diprediksikan kondisi La Nina akan makin melemah dan transisi menuju kondisi netral.
“BMKG bersama BNPB, BPBD, TNI/Polri, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Pemprov, dan Pemkab setempat terus berkoordinasi dan menyiapkan berbagai langkah antisipasi dan persiapan, serta peringatan dini menghadapi karhutla, termasuk menyiapkan skenario operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC),” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menerangkan bahwa hingga enam bulan kedepan, BMKG memprediksi bahwa sifat curah hujan bulanan akan didominasi oleh kategori normal.
Namun sifat curah hujan kategori bawah normal berpeluang terjadi di sebagian Sumatera bagian tengah, sebagian Kalimantan bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah dan sebagian kecil Papua pada Februari-Maret 2023 dan sebagian besar Sumatera dan Jawa pada Mei dan Juni 2023.
Sedangkan sifat curah hujan bulanan kategori di atas normal berpeluang terjadi di Sumatra bagian utara, Kalimantan bagian timur dan utara pada Februari dan Maret 2023, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara pada Februari 2023 dan Papua bagian tengah dan selatan pada Juni 2023.
“Selain itu, juga perlu dicermati bahwa pada Maret-April-Mei 2023 beberapa wilayah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Oleh karena itu, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang yang meskipun periodenya singkat namun sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi,” pesan Ardhasena.(sap)