
Tuan Guru Drs H Syafruddin Saleh MS narasumber Lentera Hati dan Presenter TVRI, Puan Elvi Rahmi ST MIKom.(foto istimewa)
PEKANBARU (perepat.com)–Rabu petang 12 Dzul Qo’idah 1442 (23 Juni 2021), Lentera Hati program religi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) Stasiun Riau dan Kepulauan Riau (Riau-Kepri), membincangkan topik ‘Memperteguh ‘Aqidah Pada Masa Pandemi’.
Narasumbernya, sebut Pengarah Bagian Program, Hendri Mulyadi SP MH, Tuan Guru Drs H Syafruddin Saleh MS selaku Ketua II Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru, da’i yang telah 40 tahun malang melintang berdakwah di Riau dan daerah lain.
Pemandu acaranya, presenter Puan Elvi Rahmi ST MIKom. Didahului pembacaan alqur’an suroh al-Hasyr (Q.S. 59: 22-24/ XXVIII) oleh Dare Adilla Kamiliah Putri, Juara I Pekan Tilawatil Qur’an Radio Republik Indonesia (PTQ-RRI) Tingkat Provinsi Riau 2021, yang dilaksanakan RRI Pekanbaru. Tarjamahan atau sari tilawah dibacakan Dare Kiki May Surya SS juga presenter LPP TVRI Riau-Kepri.
Pada program yang disiarlangsungkan (live) di Studio 2 itu, Buya Sapar (pebasaan akrab Tuan Guru) yang juga Ketua Badan Pengawas (Bawas) Idaroh Kemakmuran Masjid Indonesia (IKMI) Kota Pekanbaru dan Ketua Dewan Pengurus Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Provinsi bidang Agama dan Nilai-nilai Adat (AgNiA) itu, menguraikan bahwasanya ‘aqidah yaitu keimanan yang teguh mengakui sepenuh hati, hanya Allaah-lah Rabb dan Ilaah Yang Maha Esa.
“Ilaah, yaitu tauhid uluhiyah yang meyakini bahwa Allaah satu-satunya yang wajib dicintai dipatuhto’ati melebihi segala apapun dan siapapun. Rabb, yaitu tauhid rububiyah yang meyakini bahwa Alaah satu-satunya Yang Maha Pencipta-Pemilik-Penguasa yang menyegala macam ragamkan ‘alam beserta segala yang ada di ‘alam”, ucap Buya Sapar menyimpulkan aqidah dengan tauhid.
Memperteguh ‘aqidah pada masa pandemi yang belum kunjung dapat dibasmi sekarang ini, suatu keharusan yang mutlak bagi tiap insan nan beriman. Keteguhan ‘aqidah akan memantapkan sikap, membuka wawasan, dan menjadi pencerahan bagi tiap mukmin dan muslim bagaimana upaya dan cara meningkatkan keimanan dan ke-Islamannya menghadapi mushibah terlebih lagi pandemi sekarang ini.
Mengaitkan dengan ayat yang dibacakan Dare Adilla, mukmin dan muslim meyakini Allah Maha Mengetahui segala yang ghoib dan yang nyata. Tetapi Maha Pengasih tak pilih kasih, Maha Penyayang terbilang tak alang kepalang.
Yakin, Allaah Yang Maha Mengaruniakan keselamatan (al-Salaam), keamanan (al-Mukmin), dan Yang Maha Memberi-Menjaga-Memelihara keselamatan dan keamanan dan segalanya kepada tiap makhluknya dengan Kemahatahuannya terhadap semua yang ghoib dan yang nyata.
“Virus korona itu ghoib, namun akibatnya nyata. Menghindarinya dengan iman, sehingga meningkatkan imun guna mendapatkan keamanan,” tukas Buya Sapar memperjelas.
Sepenuh teguh pula keyakinan, bahwasanya Allaah dengan ke-Mahaesa-anNya Yang Maha Pencipta dan Yang Maha mengadakan. Tetapi Allaah pula Yang Maha Perkasa juga Mahabijaksana.
“Yakin, Allaah yang membiarkan korona ada. Yakin pula, Allaah sajalah yang akan membasmi pandemi setuntas kikis-habis seikhtiar hambaNya dengan Kemahaperkasaan dan KemahabijaksanaanNya itu,” tukuk beliau.
Menghubungkan pula pembahasan dan uraian dengan ayat 2 dan 3 suroh al-‘Ankabuut (Q.S. 29: 2-3/ XX), ayat 21 suroh al-Anbiyaak (Q.S. 21: 35/ XVII), dan ayat 155 suroh al-Baqoroh (Q.S. 2: 155/ II). Tiap pribadi mukmin dan muslim tak cukup menyatakan diri beriman, tanpa mengalami ujian dengan hal yang buruk atau dengan sesuatu yang baik sebagaimana mereka terdahulu.
Masa pandemi ini nyaris sempurna ujian itu, takut keluar rumah yang memungkinkan kelaparan, kondisi ekonomi bermasalah, kematian, kekurangan asupan gizi akibat pandemi.
“Tapi, kita harus introspeksi apakah pandemi terjadi murni ujian Allaah atau tersebab aqidah kita lemah, ‘ibadah goyah, ukhuwah atau kebersamaan bermasalah. Andai murni ujian, maka bershobar. Jika tersebab dosa diri, maka perbanyak taubat yang diwujudkan dengan ‘ibadah yang berbuah akhlaq al-kariimah perangai semenggah,” imbuh Buya Sapat menyuruh.
Terakhir, Buya Sapar mengunci pembahasan dengan menyitir ayat 11, 12, dan 13 suroh al-Taghoobun: 11-13/XXVIII). Mushibah wabah pandemi tidak akan terjadi tanpa seiizin Allaah.
Hidayah atau bimbingan bagaimana menyikapi dan membasminya hanya Allaah berikan kepada penguasa beserta ummat yang teguh ’aqidah tauhid keimanannya yang dibuktikan dengan ketho’atan kepada Allaah dan Rosulnya, dan tawakkal yang kental kepadaNya.
“Pagebluk tidak akan menjadikan kita terpuruk merutuk dan mengutuk. Menyikapi pandemi justru dengan ‘aqidah yang teguh dengan iman yang kian mapan bersemi di sanubari. Berikhtiar dan bertawakkal. Janganlah lebih takut kepada wabah, daripada takut terhadap hukuman Allaah di dunia dan azab Allaah di akhirat, ” tukas Buya Sapar menegaskan simpulan ulasan.
Mengingatkan pula supaya tak bercuriga kepada seseorang, dan agar tidak berburuk sangka kepada kebijakan Pemerintah. Kalau ada kesilapsalahan maklumi itu sebagai kelemahan insan yang manusiawi.
Narasumber yang juga pensyarah (dosen) di berbagai Perguruan Tinggi di Pekanbaru dan PNS dipekerjakan (dpk) di Fakultas Sastra (FS) yang kemudian menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak) sejak 1987 hingga April 2015), membahas dan menguraikan topik menarik itu, tak cukup waktu untuk interaktif.
Pemandunya elvi Rahmi pun lancar mengimbangi, sebagai lulusan ma’had (pesantren). Pengarah Acara, Hendri, kameraman dan kru sama sibuk berupaya menyajikan siaran kualitas siaranya bagus ditangkap pemirsa. Siaran berlangsung mematuhi protok kesehatan (prokes).
Entah mengapa ada pemirsa, Puan Hajjah Herlina Yusuf.dan Yung Safari Al Hamdani mengiformasikan tak dapat menangkap siaran TVRI Riau-Kepri sekitar sebulan ini.
Mereka menontonnya, melalui instagram. Rupanya, sebagaimana diungkapkan Hendri Mulyadi, hal itu disebabkan siaran sudah berpindah dari kanal (chanel) UHF (Ultra High Frequency) 40 ke 39.
Namun dapat ditonton melalui instagram, intech, melalui internet (streaming), juga lewat laman (situs) TVRI Riau-Kepri.(par/dan)