
Peta terkini: menerakan Israel tanpa mencantumkan Palestina.(foto dok.cnn)
JAKARTA (perepat.com)–Pemerintah Amerika Serikat (AS) ternyata rutin memberikan bantuan dana kepada Pemerintah Israel. Bantuan pendanaannya berjangka panjang, sebagai komitmen (kesepakatan) perjanjian pemerintahan sebelumnya yang telah ditandatangani Presiden Barack Obama pada 2016.
Paket keseluruhan bantuan dana itu US$ 38 miliar (Rp 532 triliun = Rp 532.000 miliar, baca: lima ratus tiga puluh dua ribu miliar rupiah, yang setara lebih dari separuh anggaran setahun APBN Indonesia yang pada 2021 Rp1.006,4 triliun).
Jumlah yang wah sungguh sangat berlimpah …! Mengapa AS rela memberi bantuan dana kepada Israel sebegitu banyak, yang sungguh amat berlimpah wah? Setumpuk alasan dapat menjadi jawaban.
Kebijakan memberikan dana bantuan itu telah menjadi sejarah bilateral sejak AS mendukung negeri Yahudi itu membentuk negara di kawasan Palestina pada 1948. Kedua-dua negara telah mengikat perjanjian dengan alasan kesepakatan menegakkan demokrasi dari sisi mereka.
Layanan Penelitian Kongres AS atau The US Congressional Research Service (CRS) menilai, bahwa bantuan luar negeri AS telah menjadi komponen utama upaya memperkuat ikatan hubungan AS-Israel, lansir BBC (British Broadcasting Corporation)-London, “Para pejabat AS, dan banyak anggota parlemen telah lama menganggap Israel sebagai mitra penting di kawasan itu,” tulis The US CRS.
Lantas mengapa pula beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat, partai pendukung Joe Biden, belum lama ini mempertanyakan seberapa banyak jumlah bantuan dana yang diberikan Amerika Serikat (AS) untuk Israel, kepada Presiden AS yang baru itu?
Mengapa pula Senator Bernie Sanders, mengutip berita BBC (British Broadcasting Corporation) lantas angan menegaskan supaya AS benar-benar memperhatikan dengan saksama bagaimana uang bantuan itu dibelanjakan oleh Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu?
Seorang pengamat dunia internasional dan aktivis Islam di Jakarta yang enggan disebutkan namanya menyatakan, bahwa hal itu untuk mengetahui apakah Biden konsisten dengan kebijakan Pemerintah AS yang sejak dulu-dulu sedia setia membantu Israel untuk pendanaan militerisasi dan yang lain-lainnya.
Pengamat itu mengungkapkan, jangan heran andai rentang 2017-2028 memberikan bantuan 5 ratusan triliun. Pada 2011 saja AS telah menggelontorkan bantuan yang totalnya US$ 1,6 miliar (Rp 22 triliun). Bantuan itu oleh Israel untuk membeli peralatan dan kelengkapan militer kepada AS.
“Bantuan AS kepada Israel, kembali lagi ke AS, lantas ke Israel kembali berupa peralatan militer. Duhh, sungguh kerjasama yang sangat hebat dan saling mengutungkan,” tukasnya berkesan sarkas.
Malah pada 2013, tuturnya pula, AS telah menjual pesawat terbang transportasi V22 yang canggih kepada Israel, yang belum pernah dijual ke negara lain. Presiden AS ketika itu Barack Hussein Obama, menegaskan bahwa meningkatkan pertahanan militer Israel sebagai prioritas utama.
Jawaban finalnya mengapa Pemerintah AS rela memberi bantuan dana kepada Israel sebegitu banyak, yang sungguh amat berlimpah wah, tidak sekadar melanggengkan dan memperkuat kemitraan kedua-dua negara di Timur Tengah.
AS mantap menjadikan Israel tetap unggul persenjataan militernya dibandingkan negara-negara tetangganya, bahkan menjadi kekuatan militer paling maju dan tangguh di dunia.
“Di sebalik itu: untuk menghardik, mencekik, dan mencabik-cabik Palestina…!” sergahnya.(syaf/wan)