Ilustrasi.
perepat.com–Allah Ta’ala berfirman:
إِن تَجۡتَنِبُوا۟ كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَیِّـَٔاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلا كَرِیما
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kepada kalian, niscaya Kami akan menghapuskan dari kalian dosa-dosa kalian dan Kami akan memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia.” (QS. An-Nisa’: 31)
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Dengan dalil yang tegas ini, Allah menjamin bagi orang yang menjauhi dosa-dosa besar bahwa Allah pasti akan memasukkan mereka ke dalam surga.”
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إلى الجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إلى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ ما بيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الكَبَائِرَ
“Sholat lima waktu, sholat jumat menuju sholat jumat berikutnya, puasa ramadan menuju puasa ramadan sesudahnya, merupakan penghapus dosa-dosa yang terjadi di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim)
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah dosa besar. Ada di antara mereka yang mengatakan bahwa dosa besar itu ada tujuh. Mereka berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقاتِ
“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan:
الشِّرْكُ باللَّهِ، والسِّحْرُ، وقَتْلُ النَّفْسِ الَّتي حَرَّمَ اللَّهُ إلَّا بالحَقِّ، وأَكْلُ الرِّبا، وأَكْلُ مالِ اليَتِيمِ، والتَّوَلِّي يَومَ الزَّحْفِ، وقَذْفُ المُحْصَناتِ المُؤْمِناتِ الغافِلاتِ.
“[1] Syirik kepada Allah, [2] sihir, [3] membunuh jiwa yang haram dibunuh, kecuali apabila ada alasan yang membenarkannya, [4] memakan harta anak yatim, [5] memakan harta riba, [6] melarikan diri dari pertempuran saat dua pasukan bertemu, [7] menuduh berzina terhadap perempuan yang baik-baik dan tidak bersalah.” (Muttafaq ‘alaih)
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengatakan bahwa dosa besar itu jumlahnya lebih tepat dikatakan mendekati tujuh puluh dan bukan hanya tujuh. Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa hadis di atas sama sekali tidak menunjukkan pembatasan jumlah dosa besar.
Adz-Dzahabi rahimahullah menjelaskan bahwa pengertian dosa besar yang tepat adalah segala bentuk perbuatan yang memiliki dampak hukuman khusus (had) di dunia semacam membunuh, berzina, atau mencuri. Atau perbuatan yang disebutkan di dalam dalil dengan peringatan keras berupa hukuman di akhirat berupa siksaan, kemurkaan, tantangan, atau perbuatan yang pelakunya dilaknat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri bahwasanya sebagian dosa besar lebih berat dosanya daripada dosa besar yang lain. Sebagaimana halnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan syirik kepada Allah dalam kategori dosa besar padahal pelakunya kekal dihukum di dalam neraka dan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik itu selama-lamanya.
Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa dosa besar yang paling besar adalah kesyirikan kepada Allah Ta’ala dan hal itu meliputi dua macam: syirik besar dan syirik kecil. Dosa syirik besar itu berupa menjadikan selain Allah sebagai sesembahan tandingan, entah itu pohon, matahari, bulan, nabi, syekh, bintang, malaikat, dan lain sebagainya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَ ٰلِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan dosa syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48)
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka.” (QS. Al-Ma’idah: 72)
Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, kemudian meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik, maka dia pasti termasuk penghuni neraka. Sebagaimana halnya barangsiapa yang beriman kepada Allah kemudian meninggal dalam keadaan beriman, maka dia termasuk penghuni surga meskipun dia harus disiksa terlebih dulu di dalam neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أنَّ اللهَ تعالى قال إني أغنى الشركاءِ عن الشركِ فمن عمل عملًا أشرك فيه غيري فأنا منه بريءٌ وهو للذي عمِلَه
“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku di dalamnya, maka Aku berlepas diri darinya dan dia akan diserahkan kepada sosok yang dijadikannya sebagai sekutu.‘” (HR. Ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar)
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَدِمۡنَاۤ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنۡ عَمَلࣲ فَجَعَلۡنَـٰهُ هَبَاۤءࣰ مَّنثُورًا
“Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka lakukan di dunia kemudian Kami jadikan amal-amal itu (seperti) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
Sebagian orang yang bijak mengatakan, “Orang yang ikhlas adalah yang berusaha menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana dia berusaha untuk menyembunyikan kejelekan-kejelekannya.”
Kita berdoa semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin ya Rabbal Alamin.***
Sumber: muslim.or.id