
Kepolisian Israel berbondong mengusir demonstran Palestina saat bentrokan di Masjid Al Aqso, beberapa waktu lalu.(foto istimewa)
YERUSALEM (perepat.com)–Hanya menanti pelantikan resmi, Perdana Menteri (PM) Israel yang sekarang, Benjamin Netanyahu akan digantikan oleh Naftali Bennet. Koalisi yang berintikan kelompok Yahudi sayap kanan dan bergabungnya Arab-Israel berjaya mengamankan parlemen sehingga memenangkan Naftali menjadi PM yang baru.
Sentris dari Partai Yesh Atid–Yair Lapid dan Naftali Bennett yang ultranasionalis dari Partai Yamina pada Rabu 21 Syawal 1442 (2 Juni 2021) baru saja mengumumkan kesepakatan membentuk pemerintahan baru setelah mereka berhasil menyusun pemerintahan koalisi dengan sejumlah partai dari seluruh spektrum politik.
Mengutip komentar beberapa pengamat internasional dari berbagai sumber berita, pergantian PM kepada Naftali yang mantan Menteri Pertahanan (Menhan) itu, tak akan banyak mengubah kebijakan Pemerintah Israel terhadap seteru bebuyutan mereka, Palestina. Perwakilan dari Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO) Bassem Al-Salhi, mengatakan PM yang baru itu nantinya tidak akan kalah ekstrem daripada PM sebelumnya.
“Dia pasti akan menunjukkan betapa ekstremnya dia,” tukas Al-Bassem ketus.
Kelompok Hamas yang menguasai jalur Gaza pun menilai pergantian pemerintahan Israel tidak akan banyak mengubah keadaan. Juru bicara Hamas, Hazem Qassem menegaskan bahwa Hamas telah mengumumkan akan tetap tegar melanjutkan pertempuran melawan Israel meskipun ada perubahan pemerintahan.
“Palestina telah melihat puluhan pemerintah Israel sepanjang sejarah, kanan, kiri, tengah, seperti yang mereka sebut. Namun, mereka semua menentang ketika menyangkut hak rakyat Palestina. Mereka semua memiliki kebijakan ekspansionisme yang tidak ramah,” ucap Hazem Qassem mencap biadab.
“Semua partai Israel tak memercayai hak rakyat kami (Palestina, red), dan pemimpin mereka musuh rakyat kami,” ujar seorang juru bicara Hamas tak bermaksud berkoar sebagaimana dikutip dari kantor berita dpa.
“Perlawanan kita akan terus berlanjut menentang penjajahan, terlepas dari apapun warna politiknya,” tukasnya pula menegaskan tekad mereka.
Senada, warga rakyat Palestina pun tak peduli dengan pergantian PM itu. Sebab tak dapat diharapkan mengubah keadaan. Warga yang bermukim di Tepi Barat dan Gaza umumnya tak percaya atau skeptis terhadap terjadinya perubahan kebijakan pemerintahan Israel.
Mereka menilai pemimpin nasionalis baru yang akan menggantikan PM Benjamin Netanyahu juga akan mengupayakan agenda sayap kanan yang sama dengan pendahulunya.Seorang pegawai pemerintah Palestina di Gaza, Ahmad Rezik (29) sejujurnya menuturkan tak akan ada perbedaan antara satu pemimpin Israel dengan yang lainnya.
“Mereka baik atau buruk hanya bagi bangsa mereka. Bagi kami, mereka semua buruk, dan mereka semua menolak untuk memberikankan hak dan tanah orang Palestina yang telah mereka rampas,” tulis Reuters sebagaimana dikutip detiknews.
Koalisi pemerintahan baru Israel menggesa agar PM yang baru segera disumpah oleh parlemen pada Senin, 26 Syawal 1442 (7 Juni 2021), lusa. Betapun dipercepat pelantikan, juga tak akan memercepat rakyat Palestina memetik kemerdekaan yang telah lama mereka pekikkan dan perjuangkan, tukas seorang pengamat.(sars/par)